Cerita bayi korban AIDS




Hari ini aku diantar Ayah ke rumah nenek di desa Rejosari. Sebuah desa diperbukitan daerah Gunung Kidul.

Mau tidak mau suka tidak suka aku harus menurut. Ibuku baru saja meninggal dunia tiga hari lalu setelah berjuang keras melawan maut melahirkanku. Oh ibuku yang malang, sebelum aku sempat menghisap gurihnya ASI dari payudaramu. Sang maut telah menjemputmu saat mengalami pendarahan hebat beberapa jam setelah kehadiranku.

Nenekku seorang janda yang hidup sederhana dari ketrampilannya membuat tempe. Ini hari pertamaku di rumah mbah Marto Binangun, begitu orang-orang menyebut namanya. Kasihan betul nenekku, matanya yang mulai rabun dan tangannya yang gemetaran masih harus merawatku diantara kesibukannya membuat tempe.

Pagi buta setelah kokok ayam jantan berhenti. ayah pamit hendak pergi merantau lagi ke kota. Ia tidak banyak berpesan padaku. Hanya saat aku membuka mata, ayah berbisik akan segera mencarikan aku ibu pengganti. Ah....aku tidak tahu harus menjawab apa. Aku begitu marah dalam hati dan kuungkapkan dengan ngompol di popokku.

Tangisku yang keras mengagetkan tetangga kanan - kiri rumah nenekku. Wah.......aku berhasil menarik perhatian mereka. Beberapa ibu-ibu datang menjengukku dan mereka begitu gemas melihatku yang montok dan lucu. Bu Ngatinah bahkan memaksa nenekku untuk memberikan aku padanya untuk dijadikan anak angkat. Tapi nenekku berkeras hati untuk merawat sendiri.

Tiap hari bu Ngatinah mengunjungi aku. Ia membantu memandikan dan memberikan susu. Akhirnya luluh juga hati mbah Marto. Dengan berlinang air mata aku diserahkannya pada bu Ngatinah. Hari itu aku resmi jadi anak angkat bu Ngatinah, namaku Sekar Pethak Kinanti ( Bunga putih yang dinantikan).

Nama yang indah kata nenekku bangga sambil berulang - ulang mengeja namaku. Bubur merah dari ketan putih dan gula merah jadi pertanda keberadaanku ditengah keluarga bu Ngatinah. Sejak itu pula aku jadi bayi primadona di kampungku. Terlebih saat hari posyandu tiba. Duh pipiku habis dicubit gemas dan diciumi oleh ibu kader posyandu.

Hari ini aku ingat, genap empat puluh hari ibuku meninggal. Kudengar mbah Marto mengambil uang tabungannya di tempat bu carik desaku. Uang itu untuk acara selamatan mendoakan arwah ibuku. Malam ini acara selamatan kecil-kecilan diadakan mbah Marto binangun.

Pada saat yang sama ambulans datang meraung-raung ke arah desaku. Jantungku berdetak cepat tak menentu dalam gundah. Naluri putihku memberi isyarat. Aku menangis kencang. Bu Ngatinah tak tahu harus berbuat apalagi untuk menenangkan aku.Berkali-kali botol susu dijejalkan ke bibir mungilku.

Ambulans berhenti tepat depan rumah nenekku. Terjawab sudah tangisanku, ayah datang terbujur kaku. Oh yatim piatu sudah aku. Nenek pingsan hampir 2 jam.

Saat siuman nenek hanya bisa meratapi ayahku dan memelukku berlinang air mata. Menjelang tengah malam , aku terjaga dari tidurku. Rupanya aku sempat terlelap dalam keletihan tangisanku. 


Oh.....mengapa bu Ngatinah tidak membawaku pulang ke rumahnya. Aku tertidur di sebuah tikar beralas kain sarung abu-abu milik ayahku.

Mengapa aku sendirian bersama nenek?
Nenek, apa yang terjadi? Katakan padaku nek!
Aku hanya bisa menatap sendu nenekku. Ah tak tega untuk menangis di hadapan nenek lagi. Ada apa sebenarnya?

Keesokan hari saat ayah dimakamkan. Kudengar bisikan tetangga.
Kasihan Kinanti, gara-gara ayahnya meninggal karena sakit AIDS, ia dikembalikan oleh bu Ngatinah pada mbah Marto.

AIDS !!! Oh sakit apa itu nek?

Aku penasaraan ingin bertanya pada mbah Marto Binangun, tapi apadaya bibir mungilku hanya bisa menjerit dan menangis 

oeeeeeeeek.....oeeeeeeeeek.....aaaaaaaaa........oaaaaaaaaa....

Tangan kurus mbah Marto dengan gemetaran memelukku semakin erat dan airmatanya mengalir deras membasahi pipinya yang cekung dan keriput.

Nduk Kinanti, simbah tetap sayang padamu nduk

Air mataku makin deras mengalir menyatu dengan airmata mbah Marto Binangun. Dia tak henti, hentinya menciumi pipiku.

Sahabat, kupersembahkan kisah ini untuk bayi - bayi yang terlahir dari ibu dan ayah yang menderita AIDS.

ADA CINTA KAMI UNTUKMU KINANTHI.

Sumber : dari milis tetangga

0 komentar:

Posting Komentar

 
;